Di suatu sudut taman kota, seorang ibu menatap dengan wajah bahagia pada putranya yang sedang berlarian dengan riang bersama teman-temannya. Masih diingatnya, kala Dony berusia 3 tahun, menunjukkan perilaku aneh, menarik diri dan selalu menunjukkan ekspresi murung bila berada di tengah-tengah keramaian. Di rumahpun Dony hanya mau mengenakan baju dari bahan kaus yang lembut tanpa kerah, dan harus digunting dulu label di belakang lehernya. Menjelang naik ke tempat tidur, dia akan memeriksa dulu, apakah tekstur sprei sudah sesuai dengan keinginannya, tak hanya itu, bahkan dia akan tahu bila kasur itu dibalik atau tidak pada sisi yang bisa dia tiduri. Dia akan menolak untuk tidur bila segala sesuatu tidak sesuai dengan kehendaknya, atau dia akan tidur dengan gelisah bahkan beberapa kali terbangun di tengah malam.
Kini, di saat usianya menginjak 5 tahun, semua masalah tersebut telah berlalu, semenjak putranya menjalani terapi Sensory Integrasi dan Okupasi yang sekilas hanya seperti aktifitas bermain atau berolah-raga, namun sebenarnya mempunyai tujuan untuk mengoptimalkan kemampuan fisik dan mental seorang anak, sehingga hasilnya adalah Dony telah berubah menjadi seorang anak yang ceria dan dapat menerima lingkungannya dengan lebih nyaman.
Sekelumit kisah diatas, merupakan salah satu contoh dari sekian banyak kasus gangguan Sensori integrasi yang seringkali menghambat tumbuh kembang seorang anak. Pada kondisi normal, untuk dapat merespon lingkungan, merasakan panas-dinginnya air, tekstur halus-kasar, sakit-nyaman, Tuhan yang maha pengasih telah menyediakan panca indera yang bekerja secara otomatis tanpa kita sadari (sehingga seringkali kita lupa bersyukur untuk hal-hal kecil seperti ini). Pada anak-anak dengan gangguan sensori integrasi, proses yang terjadi adalah; semua informasi masuk lewat panca-indera (sensory), yang seharusnya diproses secara refleks oleh otak (subcortex) tidak berlangsung dengan sempurna, karena fungsi filter tidak berjalan dengan baik. Sehingga semua informasi masuk tanpa pengolahan tepat dan akhirnya menimbulkan berbagai masalah yang mengganggu proses perkembangan anak. Khususnya pada anak dengan gangguan perkembangan autisma, tidak sempurnanya proses sensori integrasi ini dapat memberikan penjelasan, tentang mengapa anak autis seringkali menolak untuk disentuh, mengapa sering menolak makanan dengan tekstur tertentu, menolak berada di lingkungan baru yang gaduh hingga sampai pada masalah kesulitan tidur, karena si anak selalu berada dalam kondisi terlalu tegang/waspada, sehingga merasa tidak nyaman berada di lingkungannya.
Apa yang dimaksud dengan Sensory Integration Disfunction ? ( SID )
Pemahaman tentang gangguan sensori ini harus diawali dengan jenis indera yang kita miliki. Pada umumnya, orang hanya mengenal adanya indera jauh (The Far Senses), yaitu penglihatan, penciuman, pendengaran, perasa dan peraba. Sesungguhnya ada komponen penting lain yang disebut indera dekat (The Near Senses) yang terdiri dari :
a. The Tactile Sense ; indera yang memproses informasi tentang perasa dan peraba yang diterima melalui kulit. Sentuhan yang terjadi akan memberikan 2 manfaat, yaitu fungsi perlindungan (protective); seperti menginformasikan adanya sesuatu yang berbahaya, misalnya diserang atau dipukul oleh teman sebaya, maka anak harus menghindar, dan fungsi pembedaan (diskriminative); yang memungkinkan seorang anak untuk membedakan tekstur dan bentuk dengan sistem perabaan. Anak-anak yang mempunyai gangguan pada tactile, akan nampak gejala seperti; menolak sentuhan misalnya bersalaman langsung dilepas, menolak makanan atau pakaian dengan tekstur yang kasar, menolak potong rambut (sehingga hanya dapat dilakukan saat anak tidur), menolak berjalan pada permukaan tertentu (rumput, kerikil), tidak bereaksi terhasap rasa nyeri, dll.
b. The Vestibular Sense ; indera yang memproses informasi tentang pergerakan (movement), gaya berat (gravitasi), keseimbangan (balance) serta koordinasi bilateral, yang diterima melalui beberapa struktur dalam telinga tengah.. Gangguan pada vestibular ini bisa menampakkan gejala takut untuk melompat atau naik/turun tangga, sering salah dalam menggunakan kedua sisi tubuh dalam satu aktivitas, mengerjakan sesuatu hanya dengan satu tangan, memutar-mutar benda tanpa rasa lelah, rocking, membaca terbalik dari belakang (misalnya kapal dibaca kalap). Seringkali anak-anak dengan gangguan vestibular ini akan sulit mengontrol emosi, hingga mudah tantrum atau mengamuk tanpa sebab.
c. The Proprioceptive ; indera yang memproses informasi tentang posisi tubuh (body position), bagian tubuh (body parts) yang diterima oleh otot-otot (muscles), persendian (joints) dan tulang (ligaments). Dengan sistem proprioceptive yang baik, kita dapat mengendalikan kapan dan bagaimana otot berkontraksi atau mengendur, seberapa besar kekuatan otot yang diperlukan untuk menggengam tangan seseorang, dsb. Anak-anak dengan gangguan ini akan menampakkan gejala kaku, kikuk, kadang saat berjalan tidak sengaja menabrak (menyenggol) sesuatu, menarik tangan teman/orang-orang disekitarnya terlalu keras. Pada anak yang sudah sekolah, seringkali nampak pada tulisan yang tidak rapi, dan tekanan penulisan terlalu keras.
Masukan dari tiga dasar sensori tersebut akan disempurnakan lagi dengan adanya sensasi Auditory dan Visual sangat penting untuk perkembangan motor planning, koordinasi kedua sisi tubuh, koordinasi mata dan tangan, body awareness, kemampuan bahasa, visual persepsi dan stabilitas emosi. Sehingga anak-anak dengan gangguan sensori integrasi akan terlihat sering frustasi dan tidak sempurna dalam melakukan tugas sehari-hari dan bermasalah dalam perilaku.
Pengaruh Sensory Integration Dysfunction terhadap perilaku
Dari perilaku sehari-hari, anak-anak dengan gangguan sensori integrasi akan menampakkan serangkaian masalah, diantaranya :
• Menyukai aktivitas yang lebih dari kemampuannya, selalu seperti terburu-buru, bergerak dengan gerakan yang sedikit ( asal-asalan ), gerakan gelisah, bermain / melakukan pekerjaan dengan tanpa tujuan / arah, cepat marah, mudah terpesona, mencari alasan untuk tidak duduk dengan tenang.
• Biasanya menyukai aktivitas yang lebih rendah dari kemampuannya, bergerak lambat, seperti limbung, mudah lelah, kurang inisiatif, kurang tertarik pada dunia sekelilingnya.
• Harus mengikuti kemauannya, kurang pengontrolan diri, tidak dapat menghentikan apa yang dimulainya, menyemburkan minuman, menuang isi botol sampai habis, berlari sambil menempel pada seseorang hingga terhimpit, berbicara tidak sesuai urutannya.
• Mudah terganggu, kurang perhatian walaupun sedang melakukan aktivitas yang disukainya, lebih bisa perhatian bila ada sesuatu benda ditangannya, tidak bisa mengorganisasikan dan cepat lupa.
• Memiliki masalah dengan Muscle Tone dan Motor Coordination, bagian tubuh yang lainnya lebih lemah, kaku, kikuk, masa bodoh, bila jatuh seperti pohon tumbang.
• Bermasalah dengan Motor Planning untuk melakukan tugas yang berurutan, mengorganisasikan, dan melakukan gerakan yang berarti, kesulitan dalam memanjat / menaiki tangga, sulit untuk melakukan aktivitas dengan mengunakan alat bantu, naik sepeda, memakai baju / celana, keluar masuk mobil, kurang mampu untuk menerima suatu aktivitas baru.
• Eye-Hand Coordination kurang baik, kesulitan mengunakan croyon, membuat kreasi seni, membangun balok, main puzzle, mengikat tali sepatu, tulisan tangan sangat buruk.
• Cenderung untuk tidak bisa meninggalkan suatu kebiasaan, meninggalkan rumah, tidak suka bertemu orang yang baru, tidak mau mencoba permainnan atau mainan baru, tidak mau untuk mencoba rasa makanan yang lain.
• Sulit untuk transisi dari satu situasi ke yang lainnya.
• Tingkat frustasi yang tinggi, mudah untuk menyerah, terlalu perfectionist dan cepat sedih bila hasil akhir yang lain dari perkiraannya, keinginannya untuk menjadi nomor satu, tetapi dalam permainnanya ia kesulitan.
• Peraturan baginya menjadi masalah ( banyaknya peraturan ).
• Masalah dalam akademiknya ( kesulitan dalam belajar suatu keterampilan atau konsep yang baru ).
• Masalah sosial, kesulitan untuk mejalin hubungan berkawan, sulit bermain dengan kawan, sulit mengungkapkan perasaannya ketika bermain.
• Masalah emosinya mungkin ia cepat stress, menjadi sensitive karena perbedaan, sakit hati, tidak bisa mengorganisasikan diri, kurang flexibel, cepat tersinggung, ketergantungan, selalu minta tolong, mencari perhatian dengan cara yang tidak baik.
Apa yang bisa dilakukan ?
Bila diketahui bahwa seorang anak memiliki gangguan sensory integrasi, maka perlu segera dilakukan treatment yang bertujuan untuk mengaktifkan sistem indera dekat (The Near Senses) agar dapat berfungsi dengan baik dengan beberapa metoda, antara lain pemijatan (massage), pemberian tekanan pada sensi-sendi (stretching) maupun terapi okupasi yang seolah-olah terlihat sebagai kegiatan bermain maupun olahraga. Treatment ini dapat dilakukan di rumah maupun di pusat terapi yang menyediakan fasilitas terapi sensory integrasi dan okupasi. Proses terapi diawali dengan assessment untuk mengamati gejala yang nampak dan mengevaluasi kebutuhan anak terhadap jenis terapi yang akan dilakukan, meliputi riwayat anak dari segi perkembangan medis dan akademis, observasi gerakan, perilaku, interaksi sosial, bahasa serta melakukan test-test standar (sensori motor checklist, sensory integration and praxis test, dll). Selanjutnya akan disusun strategi-strategi aktivitas yang meliputi strategi aktifitas untuk memfasilitasi ketenangan (calming), aktifitas untuk meningkatkan atensi, aktifitas untuk menurunkan defensiveness, strategi untuk menurunkan self-stimulatory, dsb.
Pembahasan dan contoh-contoh gejala diatas hanyalah sebagian kecil dari sekian banyak kasus gangguan sensory integrasi yang sering dijumpai di kehidupan sehari-hari. Untuk pemahaman yang lebih lengkap dan menyeluruh, dapat dibaca dari buku referensi dibawah ini.
Referensi :
1. Carol Stock Kranowitz, MA., 1998, The Out of Sync Child, Recognizing and Coping with Sensory Integration Dysfunction, Skylight Press, Newyork.
2. Maryann Colby Trott, MA., 1993, Sense Abilities, Understanding Sensory Integration, Therapy Skill Builders, Texas.
3. Davis Yehosua, 2001, Makalah In house Training, Semarang.
Jumat, 04 April 2008
Gangguan Integrasi Sensory, gangguan yang tersembunyi
Diposting oleh Komunitas Pemerhati Autisma Smg di 22.27 1 komentar
Langganan:
Postingan (Atom)